Jumat, 28 September 2012

Pupuk Organik

--> -->


Padi yang dipupuk dengan pupuk organik

Pupuk organik yaitu pupuk yang berasal dari pelapukan tanaman, sisa makanan hewan, kotoran hewan dan sisa makanan manusia. Pupuk organik digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah

Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen, limbahternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan sampah rumah yang tidak mengandung besi, kaleng, plastik dan sabun atau bahan kimia.

Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak manusia mengenal cara bercocok tanam.  Penggunaan pupuk secara primitif untuk memperbaiki kesuburan tanah, mulai dikenal dalam kebudayaan tua di daerah aliran sungai Nil, sungai Euphrat, sungai Indus, di daratan Cina, dan di daerah Amerika Latin.

Pohon Kaliandra
Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara melalui banjir yang terjadi setiap tahun. Di Indonesia, pupuk organik sudah lama dikenal para petani. Mereka menanam tanaman yang daun atau seluruh bagian tanaman bisa menjadi pupuk, seperti pohon turi, lamtoro, krotolaria dan kaliandra.

Tetapi pada zaman modern kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan pabrik. Alasan mereka, pemakaiannya praktis, jumlahnya jauh lebih sedikit dari pada pupuk organik, cepat memberikan dampak pada tanaman, harganyapun relatif murah, dan mudah diperoleh.

Kebanyakan petani sudah sangat tergantung pada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian. Tumbuhnya kesadaran para petani akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan terhadap lingkungan telah membuat mereka beralih dari pertanian yang mempunyai ketergantungan pada pupuk anorganik ke pertanian organik.

Bahan pembuat pupuk organik
  1. Kotoran hewan misalnya kotoran; sapi, kambing, kuda, kerbau,ayam dan itik.
  2. Sampah dapur, misalnya; sisa sayuran, buah-buahan busuk dan sisa makanan
  3. Daun-daun pohon, misalnya; lamtoro, kaliandra, dan turi.
  4. Tanaman menjalar misalnya; batang kacang-kacangan dan putri malu.
  5. Limba pabrik yang tidak mengandung bahan kimia, seperti limba pabrik tahu dan tempe, ampas tebu dan ampas kelapa.

Pupuk Kotoran Hewan

Kotoran hewan yang dikandangkan dapat dijadikan Pupuk kandang. Hewan yang kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah kambing, sapi, domba, dan ayam. Pupuk kandang mengandung unsur hara. Pupuk kandang padat dan cair banyak mengandung unsur fosfor, nitrogen, kalium, kalsium, magnesium, belerang, natrium, besi, dan tembaga. Kandungan nitrogen dalam urine hewan ternak tiga kali lebih besar dibandingkan dengan kandungan nitrogen dalam kotoran padat. 

Pupuk Hijau

Pupuk Hijau
Pupuk hijau adalah pupuk organik yang berasal dari tanaman atau berupa sisa panen. Bahan tanaman ini dapat dibenamkan pada waktu masih hijau atau setelah dikomposkan. Sumber pupuk hijau dapat berupa sisa-sisa tanaman (sisa panen) atau tanaman yang ditanam secara khusus sebagai penghasil pupuk hijau, seperti sisa–sisa tanaman, kacang-kacangan, dan sisa tanaman sayuran.

Jenis tanaman yang dijadikan sumber pupuk hijau mengandung hara yang relatif tinggi, terutama nitrogen. Pupuk hijau bermanfaat untuk meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara di dalam tanah, sehingga terjadi perbaikan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, yang selanjutnya berdampak pada peningkatan produktivitas tanah dan ketahanan tanah terhadap erosi.

Pupuk Kompos
Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan limbah organik yang telah mengalami penguraian atau proses dekomposisi atau fermentasi. Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa.
Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan cairan biogas. Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan azola.
Beberapa kegunaan kompos adalah:
  1. Memperbaiki struktur tanah.
  2. Memperkuat daya ikat agregat (zat hara) pada tanah berpasir.
  3. Meningkatkan daya tahan dan daya serap air.
  4. Memperbaiki drainase dan pori - pori dalam tanah.
  5. Menambah dan mengaktifkan unsur hara.
Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman. Kompos yang layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan menurunnya temperatur kompos. 

Humus

Daun dan pembusukan tanaman
Humus adalah material organik yang berasal dari degradasi ataupun pelapukan daun-daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk (mengalami dekomposisi) yang akhirnya mengubah humus menjadi (bunga tanah), dan kemudian menjadi tanah.

Bahan baku untuk humus adalah dari daun ataupun ranting pohon yang berjatuhan, limbah pertanian dan peternakan, industri makanan, agro industri, kulit kayu, serbuk gergaji (abu kayu), kepingan kayu, endapan kotoran, sampah rumah tangga, dan limbah-limbah padat perkotaan.

Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman, serta berperan baik bagi pembentukan dan menjaga struktur tanah. Senyawa humus juga berperan dalam pengikatan bahan kimia toksik dalam tanah dan air. Selain itu, humus dapat meningkatkan kapasitas kandungan air tanah, membantu dalam menahan pupuk anorganik larut-air, mencegah penggerusan tanah, menaikan aerasi tanah, dan juga dapat menaikkan fotokimia dekomposisi pestisida atau senyawa-senyawa organik toksik. Kandungan utama dari kompos adalah humus. Humus merupakan penentu akhir dari kualitas kesuburan tanah, jadi penggunaan humus sama halnya dengan penggunaan kompos.***

Senin, 17 September 2012

Membuat Pupuk Kandang

--> 
Lubang pupuk kandang
Membuat pupuk yang terdiri dari kotoran hewan dan campuran jerami serta campuran lain dibutuhkan suatu teknik agar menghasilkan pupuk yang berkualitas.


1.  Membuat Lobang Kotoran Sapi, Kambing atau Ayam Secara Terbuka 
a.  Buat lubang dengan ukuran 2,5 x 2 x 0,75 yang dekat kandang sapi, kandang kambing atau kandang ayam. 

b.  Buat galangan dari tanah di sekeliling tempat pembuatan pupuk kandang untuk mencegah masuknya air atau rembesan air ke dalam tumpukan kotoran hewan.

c.       Buat naungan sederhana berupa atap dari bahan yang murah seperti daun kelapa atau dedaunan kering lainnya untuk mencegah masuknya air dari atas pada waktu hujan.

d.      Kotoran hewan dari kandang dan sisa pakan ditimbun ke dalam lubang yang telah disediakan.

e.       Setiap bulan kotoran hewan dan jerami yang mulai membusuk dibalik. Bagian jerami yang tidak hancur dikeluarkan dari dalam lubang.

f.        Pupuk kandang dibiarkan selama sekitar 3 bulan.

g.       Kotoran yang sudah menjadi pupuk dipindahkan kedalam karung-karung atau media penyimpanan lain yang mudah diangkut.

h.       Pupuk sudah dapat digunakan untuk memupuk tanaman.

2.  Teknik Pembuatan Pupuk Kandang Secara Tertutup.

a.   Tentukan suatu lokasi di sekitar kandang yang dapat dijadikan sebagai tempat pemendaman kotoran hewan. 

b.   Pada tempat yang telah ditentukan tersebut digali sebuah lubang dengan ukuran 2,5 x 2 x 0,75 meter atau sesuai kebutuhan. Dalamnya tidak boleh lebih dari 1,0 m agar tidak mengalami kesulitan waktu mengeluarkan pupuk.

c.   Sekeliling dinding lubang tempat penampungan pupuk kandang dibuat penahan dari plastic, papan atau batu bata atau bahan lain untuk  dapat mencegah terjadinya rembesan air dari bagian luar lubang. 

d.   Lantai lubang tempat penampungan pupuk kandang jangan disemen, tetapi dibiarkan saja tetap dari tanah agar air dari kotoran sapi dapat merembes kebawah tanah.

d.  Kotoran hewan dan sisa pakan yang hendak ditimbun dalam lubang sebaiknya tidak mengandung ranting-ranting karyu yang tidak dapat membusuk, untuk mencegah adanya rayap di dalam pupuk.

e.   Kotoran hewan dan sisa-sisa pakan ditimbun kedalam lubang dan setelah penuh (jangan terlalu penuh keatas) lubang ditutup dengan tanah bekas galian setebal 30 cm.

f.    Buat naungan sederhana berupa atap dari daun kelapa, daun enau ataupun dari dedaunan kering lainnya.

g.   Dibiarkan selama sekitar 3 bulan dan setelah itu barulah dipindahkan ke dalam media penyimpanan untuk di bawa ke ladang pertanian.(Rofinus Emi Lejap)

PUPUK KANDANG SAPI

 -->
-->



Kotoran sapi atau feses sapi dan sisa makanan sapi dapat diolah menjadi pupuk. Ada kotoran sapi dari sapi di kawasan padang rumput dan kotoran dari sapi-sapi di kandang, Kotoran sapi di padang membutuhkan kerja ekstra keras untuk mendapatkannya, diban-dingkan dengan kotoran dari sapi-sapi yang dikandangkan.

Pupuk yang berasal dari kandang sapi merupakan pupuk padat yang banyak mengandung air dan lendir. Pupuk kandang selain dapat menambah ketersediaan unsur-unsur hara bagi tanaman.  Selain itu kotoran sapi juga mengembangkan kehidupan mikroorganisme di dalam tanah. Mikroorganisme yang berperan mengubah kotoran dan sisa-sisa tanaman menjadi humus yang diserap oleh akar tanaman.

Unsur kotoran sapi dan sisa makanan dicampur dengan tanah, tanpa pasir dan kerikil, dan diaduk dua sampai tiga kali, dengan jarak waktu satu hingga dua minggu. Pencampuran itu untuk menambah jumlah pupuk dengan ketersediaan unsur hara. Bila sudah dianggap campuran sudah merata, pupuk dimasukkan di dalam karung-karung sebelum dianggkut ke pertanian.  

Pupuk kandang yang sudah siap digunakan apabila tidak terjadi lagi penguraian oleh mikroba. Pupuk kandang dapat diberikan sebagai pupuk dasar, yakni dengan cara menebarkan secara merata di seluruh lahan. Pada tanaman sayuran yang ditaman per lubang seperti kol dan sawih putih, pupuk kandang diisi langsung pada setiap lubang yang akan ditanami.***

Jumat, 14 September 2012

Irigasi Alternatif

--> -->

Oleh: Rofinus Emi Lejap

Irigasi Tadah Hujan


Irigasi tadah hujan merupakan sistem irigasi yang tergantung pada curah hujan. Bila turun hujan agak banyak, maka kesuburan tanaman pun cenderung lebih baik. Dan sebaliknya bila hujan kurang, maka terjadi sebaliknya. Ini hukum alam yang seakan para petani di daerah-daerah gersang sudah memahami proses dan siap menerima dampak yang timbul.

Model irigasi yang sepenuhnya tergantung pada curah hujan, membuat masyarakat menjadi statis dan hidup serba keterbatasan. Padahal di atas padang gersang pun sering kebanjiran pada musim hujan. Mungkinkah dapat diciptakan suatu system untuk memanfaatkan kelebihan hujan yang menjadi banjir?

Dengan system itu, banjir dapat dialirkan ke ladang-ladang selayaknya model irigasi sungai pada umumnya atau juga menggunakan system kolmatase dan terasering untuk tanah miring. Ada yang membuat empang atau embung tadah hujan, tetapi dapat juga dilakukan terobosan membagi aliran banjir dari kali mati bila terjadi banjir di musim hujan.

Saluran Irigasi Banjir

Saluran irigasi air banjir.

a.       Saluran Primer

Saluran irigasi untuk mengairi ladang dengan banjir, prinsipnya sama dengan saluran irigasi yang menggunakan air sungai. Hanya bedanya, sungai mensuplai air secara tetap, sedangkan system irigasi tadah hujan tergantung sepenuhnya pada curah hujan.

Ada saluran induk atau saluran primer, yang ‘menangkap’ banjir dari kali mati. Saluran primer ini dibuat sepanjang sejumlah ladang yang akan dialiri banjir. Letak saluran induk itu tentu lebih tinggi dari pada area ladang. Kemiringan saluran induk juga perlu dibuat agar landai, untuk mengurangi erosi tanah. Misalnya kemiringan saluran induk berkirar antara 1 persen sampai 5 persen.

Lebar saluran primer harus memperhitungkan luas lahan yang akan diairi serta debit banjir yang akan melewatinya. Bila terlalu lebar sementara ladang yang akan diairi terbatas, maka saluran primer hanya akan menjadi kali mati yang baru. Dan demikian juga bila terlalu sempit, banjir yang mengalir tidak cukup untuk menggenangi ladang, apalagi bila ladang yang diairi cukup luas. Maka lebar dan panjang saluran harus sesuai dengan panjang serta luas lahan.

 Pada ujung saluran primer tidak diakhiri pada lahan kosong atau hutan, tetapi dibuat pemanfaatan banjir itu semaksimal mungkin. Misalnya saluran induk dibuat melingkupi area ladang. Dengan demikian air banjir lebih banyak meresap membasahi tanaman.

 b.      Saluran Sekunder

Saluran kedua merupakan saluran cabang yang menginduk pada saluran primer untuk membagi air banjir ke ladang-ladang. Saluran sekunder ibarat cabang-cabang pada batang pohon, sehingga saluran-saluran sekunder disebut juga sebagai saluran cabang.

 Saluran sekunder pada suatu lahan bisa dibuat satu atau lebih, tetapi untuk mempermudah pekerjaan pengontrolan air banjir, sebaiknya saluran sekunder tetap dibuat satu saja untuk setiap lahan ladang.

c.       Saluran Tersier

Saluran tersier merupakan saluran-saluran ranting pada sebuah lahan huma atau ladang. Saluran tersier dibuat untuk mensuplai air banjir secara merata ke seluruh lahan yang sudah diolah per petak atau per teras.